Kita mungkin pernah menonton film atau membaca buku yang berkisah tentang para psikopat. Mereka kerap digambarkan sebagai pembunuh berdarah dingin, pelaku pemerkosaan keji, atau jahat sekali.
Memang benar, beberapa kasus psikopat bisa mengarah kepada kisah-kisah dalam tayangan atau buku walaupun dalam kenyataannya tidak selalu demikian.
Di Amerika Serikat, perangkat resmi untuk diagnosa kondisi mental seseorang tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5).
Psikopat bukan termasuk kondisi yang ditemukan dalam DSM-5. Artinya, psikopat bukan diagnosis resmi yang diterapkan pada seseorang.
Namun demikian, psikopat dipandang sebagai ciri kepribadian yang diukur menurut beberapa tes kepribadian oleh para ahli psikologi.
Diagnosis paling cocok adalah gangguan kepribadian antisosial. DSM-5 menjelaskan bahwa orang dengan kepribadian antisosial seringkali disebut sebagai psikopat.
Bisa dikatakan, "kepribadian antisosial" adalah istilah psikiatri dan "psikopat" adalah istilah di kalangan awam.
Dikutip dari listverse.com pada Jumat (25/8/2017) pagi, berikut adalah sejumlah ciri psikopat yang seringkali tidak ketara:
for Ciri - Ciri Psikopat yang jarang di ketahui masyarakat: 59a77dbb8abac"59a77dbb8abac" 1. Kurang Empati atau Kurang Penyesalan
Bukan cuma kerja keras dan juga kegigihan, kamu juga harus memasukkan empati ke dalam sederet kunci kesuksesan.
Menurut ukuran DSM-5, kurangnya rasa menyesal dan empati terhadap orang lain termasuk salah satu kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian antisosial.
Empati adalah kemampuan untuk mengerti apa yang dialami orang lain dari sudut pandang orang tersebut.
Para psikopat cenderung sibuk dengan diri sendiri (self-involved) dan memiliki kesulitan mengerti perspektif orang lain.
Mereka terkadang menunjukkan pola acuh terhadap kebutuhan, kepercayaan, dan keamanan orang lain. Selain itu, psikopat mungkin melanggar hak orang lain, terutama untuk keuntungan diri sendiri.
Dengan demikian, kaum psikopat juga mengalami kurangnya pernyesalan atau rasa bersalah terhadap tindakan-tindakan mereka.
Mereka seringkali tidak peduli ketika salah memperlakukan orang lain dan mencari pembenaran perilaku buruk sendiri.
Misalnya, kaum psikopat membenarkan pencurian dari orang lain dengan mengatakan bahwa orang itu sepantasnya menjadi korban pencurian karena membiarkan barang miliknya tidak terjaga.
Segelintir psikopat lain menjadi penipu ulung dan membenarkan perbuatan mereka dengan mengatakan bahwa korbannya bodoh dan lugu sehingga layak dibohongi.
2. Menyiksa dan Membunuh Hewan - hewan
Penyiksaan hewan bukan gejala gangguan kepribadian antisosial, tapi menjadi gejala gangguan perilaku.
Hal itu juga menjadi faktor risiko yang diduga terkait dengan anak-anak yang di kemudian hari menumbuhkan gangguan kepribadian antisosial saat dewasa.
Membunuhi hewan juga tidak selalu menjadi sebuah tanda patologi. Anak-anak yang banyak berada di luar rumah mungkin sering membunuh semut, kodok, atau hewan-hewan kecil lainnya hanya untuk rekreasi. Orang pun bisa saja memancing ikan atau berburu untuk kesenangan.
Tapi, penting untuk bisa membedakan apa yang normal atau pantas secara budaya dengan apa yang abnormal atau tidak pantas secara budaya.
Contoh-contoh perilaku bersifat psikopati terhadap hewan misalnya membakar hidup-hidup, memukuli, atau membunuh kucing, anjing, kuda, atau hewan-hewan lain yang lazimnya bukan untuk diburu.
3. Tidak Bertanggungjawab
Suatu kriteria DSM untuk gangguan kepribadian antisosial adalah kurangnya tanggung jawab.
Contoh-contoh yang disebutkan dalam DSM-5 adalah orang-orang yang tidak betah berada dalam pekerjaan atau lalai memenuhi tanggungjawab dan kewajiban finansial.
Hal demikian mungkin berkaitan dengan kurangnya rasa bersalah yang dialami para psikopat. Misalnya, mereka menipu atau berbohong dalam resume tentang kemampuan mereka sehingga bisa dipecat karenanya.
Para psikopat juga mungkin menunjukkan perilaku kekerasan atau agresif sehingga bisa sulit untuk terus dipekerjakan.
Karena tidak bisa terus bekerja, para psikopat seringkali gagal memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya.
Perilaku lain seperti sikap meletup-letup atau kecerobohan juga memberi andil kepada permasalahan finansial. Para psikopat mungkin terbelit dalam judi dan tindakan ceroboh lain soal keuangan.
Kurangnya rasa tanggung jawab dapat berdampak pada hal-hal lain dalam kehidupan seorang psikopat. Mereka mungkin saja tidak bertanggung jawab dalam hubungan dengan teman, keluarga, dan pasangan.
Misalnya, psikopati telah dikaitkan dengan kekerasan terhadap pasangan intim, terutama pada psikopat pria. Sementara itu, psikopat wanita mungkin saja terlibat dalam penyalahgunaan narkoba atau mengabaikan anak-anak atau keluarga.
4. Impulsif dan Ceroboh
Seperti disebutkan sebelumnya, salah satu gejala gangguan kepribadian antisosial adalah meletup-letup (impulsif).
Para psikopat mungkin secara impulsif mengatakan, melalukan, atau membeli barang-barang tanpa memikirkan konsekuensi tindakan mereka.
Mereka bisa saja menggunakan uang secara impulsif, mengendalikan amarah, atau bertindak agresif dan keji.
Dalam diri para psikopat, temuan para peneliti mengungkapkan lobus depan otak yang kurang berkembang padahal bagian itu adalah bagian otak yang mengendalikan pemikiran tingkat tinggi dan beberapa aspek kecerdasan.
Gejala lain seorang dengan gangguan kepribadian antisosial adalah kecerobohan. DSM-5 menjelaskannya sebagai "ketidakpedulian secara ceroboh terhadap keamanan diri ataupun orang lain."
Psikopat memang cenderung untuk asik sendiri, tapi sifat impulsif mereka menyeret mereka kepada risiko kesehatan dan keselamatan diri.
Mereka mungkin terlibat dalam mengemudi, belanja, narkoba, dan perilaku seksual yang ceroboh. Para psikopat seringkali tidak takut apapun sehingga berperilaku nekat.
Namun demikian, tidak semua psikopat menunjukkan perilaku ini karena ada beberapa faktor individual seperti kecerdasan atau kepribadian yang dapat berdampak pada kehadiran seorang psikopat.
5. Kriminal
Kegiatan kriminal adalah salah satu gejala untuk gangguan perilaku maupun gangguan kepribadian antisosial.
Para psikopat terlibat dalam kegiatan kriminal karena mereka tidak merasa bersalah telah melakukan hal-hal buruk terhadap orang lain. Mereka kesulitan mengerti suduta pandang orang lain sehingga tidak mengerti rasanya dilanggar, diserang, atau dirampas.
Seperti disebutkan sebelumnya, para psikopat juga impulsif dan ceroboh sehingga mereka melakukan kejahatan tanpa berpikir tentang konsekuensi negatif tindakan mereka – misalnya denda atau penangkapan.
Walaupun banyak psikopat terlibat dalam kegiatan melanggar hukum tidak berarti semyua psikopat tertangkap dan tidak semua yang dipenjara adalah seorang psikopat (hanya 25 persen).
Lagipula, para psikopat yang lebih mampu mengendalikan perilaku dan memiliki IQ yang lebih tinggi mungkin bisa saja lolos.
6. Mempesona dan Manipulasi
Kepribadian dan cara bicara penuh pesona bukanlah gejala atau kriteria resmi seorang dengan gangguan kepribadian antisosial, tapi menjadi karakteristik yang sering terlihat di kalangan para psikopat.
Walaupun berkesulitan dengan empati, mereka mengerti ekspektasi sosial dan caranya orang lain berperilaku sehingga bisa meniru atau memalsukan empati dan keramahan.
Kepribadian mempesona itu juga menjadi salah satu faktor pembeda psikopat dan sosiopat. Para psikopat cenderung ramah, menawan, dan hangat, sedangkan kaum sosiopat kurang bisa bertindak seperti orang normal.
Tidak heran kalau gejala lain seorang dengan gangguan kepribadian antisosial adalah manipulasi dan kepura-puraan.
Para psikopat seringkali berbohong dan memanipulasi orang lain untuk keuntungan pribadi atau bahkan demi kenikmatan.
Mereka sering dianggap berdarah dingin karena tega melakukan apapun untuk mendapatkan apapun yang dimaui.
Walaupun karakteristik itu seringkali berdampak kepada para psikopat secara negatif, ada orang-orang yang mampu menerapkan perilaku itu secara positif.
Banyak kaum psikopat high-functioning dan cerdas memiliki karir sukses dalam bidang-bidang yang memerlukan kepribadian manipulatif. Misalnya, para psikopat seringkali bekerja sebagai tenaga penjualan, CEO, dan pengacara.