Quote:JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan ini viral di media sosial video yang menunjukkan dua orang pengendara sepeda motor mengamuk saat aksi Koalisi Pejalan Kaki berlangsung di trotoar kawasan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat.
Dalam video tersebut terlihat dua pengendara sepeda motor yang dengan emosi memukulkan sebuah helm dan berteriak kepada para peserta aksi. Kepada Kompas.com, pendiri sekaligus Ketua Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus menceritakan kronologi peristiwa yang terjadi pada Jumat (14/7/2017) tersebut.
"Jadi pada hari Jumat kami menggelar aksi dengan berjalan kaki dari kantor ini menuju ke Sabang dan baru terakhir kami menuju jalan Kebon Sirih" ujar Alfred saat ditemui di kantor Koalisi Pejalan Kaki yang terletak di Gedung Sarinah Thamrin, Senin (17/7/2017).
Alfred mengatakan, awalnya aksi berjalan dengan lancar. Para peserta aksi membawa atribut aksi berupa poster-poster bertuliskan imbauan untuk tak berkendara di trotoar. Ada juga peserta aksi yang melakukan aksi teatrikal dengan berbaring di badan trotoar.
"Lalu sekitar pukul 16.00 WIB ada dua pengendara yang mengaku tukang ojek melaju kencang di trotoar dan kami cegat dan kami sarankan berkendara di jalan raya," lanjutnya.
Meski sudah diingatkan secara baik-baik, lanjutnya, pengendara dua orang sepeda motor tersebut justru meletakkan motornya dan mengucapkan kata-kata kasar kepada peserta aksi.
"Bahkan teman kami ada yang dipukul helm, diancam mau ditusuk dan sebagainya," kata dia.
Tak hanya meluapkan kemarahannya, kedua pengemudi yang mengaku sebagai tukang ojek konvensional tersebut bahkan memanggil lima orang temannya dan mendekati para peserta aksi.
"Itu yang paling ngeri. Lima temannya itu juga 'petentang-petenteng' dan menanyakan apa yang telah kami lakukan pada temannya tersebut," ucapnya.JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan ini viral di media sosial video yang menunjukkan dua orang pengendara sepeda motor mengamuk saat aksi Koalisi Pejalan Kaki berlangsung di trotoar kawasan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat.
Dalam video tersebut terlihat dua pengendara sepeda motor yang dengan emosi memukulkan sebuah helm dan berteriak kepada para peserta aksi. Kepada Kompas.com, pendiri sekaligus Ketua Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus menceritakan kronologi peristiwa yang terjadi pada Jumat (14/7/2017) tersebut.
"Jadi pada hari Jumat kami menggelar aksi dengan berjalan kaki dari kantor ini menuju ke Sabang dan baru terakhir kami menuju jalan Kebon Sirih" ujar Alfred saat ditemui di kantor Koalisi Pejalan Kaki yang terletak di Gedung Sarinah Thamrin, Senin (17/7/2017).
Alfred mengatakan, awalnya aksi berjalan dengan lancar. Para peserta aksi membawa atribut aksi berupa poster-poster bertuliskan imbauan untuk tak berkendara di trotoar. Ada juga peserta aksi yang melakukan aksi teatrikal dengan berbaring di badan trotoar.
"Lalu sekitar pukul 16.00 WIB ada dua pengendara yang mengaku tukang ojek melaju kencang di trotoar dan kami cegat dan kami sarankan berkendara di jalan raya," lanjutnya.
Meski sudah diingatkan secara baik-baik, lanjutnya, pengendara dua orang sepeda motor tersebut justru meletakkan motornya dan mengucapkan kata-kata kasar kepada peserta aksi.
"Bahkan teman kami ada yang dipukul helm, diancam mau ditusuk dan sebagainya," kata dia.
Tak hanya meluapkan kemarahannya, kedua pengemudi yang mengaku sebagai tukang ojek konvensional tersebut bahkan memanggil lima orang temannya dan mendekati para peserta aksi.
"Itu yang paling ngeri. Lima temannya itu juga 'petentang-petenteng' dan menanyakan apa yang telah kami lakukan pada temannya tersebut," ucapnya.
Alfred dan peserta aksi lainnya kemudian menjelaskan permasalahan yang terjadi. Kelima teman para pengendara itu pun akhirnya undur.
Alfred mengatakan, aksi yang dilakukan Koalisi Pejalan Kaki tersebut bukanlah yang pertama kali. Koalisi Pejalan Kaki rutin mengadakan aksi serupa setiap hari Jumat sejak tahun 2011 silam.
"Tapi untuk aksi aksi kemarin sebenarnya kami juga cukup tergelitik dengan hasil penelitian Stanford University yang mengatakan penduduk Indonesia paling malas berjalan kaki karena kondisi trotoarnya yang tidak mendukung. Makanya kami ingin sekaligus cek lapangan," tutupnya.
Heboh Video Pemotor Marah-marah di Trotoar, Ini Kata Koalisi Pejalan Kaki
Quote:Jakarta, Sebuah video yang memperlihatkan pemotor marah-marah dan mengancam aksi Koalisi Pejalan Kaki di Jakarta menuai kontroversi. Pemotor yang mengaku tukang ojek kesal lantaran tidak diperbolehkan melewati trotoar untuk menghindari macet.
Alfred Sitorus, pendiri sekaligus ketua Koalisi Pejalan Kaki mengatakan bahwa sejatinya aksi yang mereka lakukan adalah bentuk edukasi kepada masyarakat. Trotoar secara hukum merupakan hak pejalan kaki dan tidak boleh dilintasi oleh motor atau dijadikan tempat berdagang.
"Kami aksi di Jalan Kebon Sirih, dekat dengan sekretariat Wakil Presiden dan Balai Kota DKI Jakarta. Kami nggak ngajak berantem atau adu jotos para pemotor. Kami cuma mengedukasi bahwa trotoar itu haknya pejalan kaki, dan kendaraan silakan lewatnya jalanan aspal," tutur Alfred saat dihubungi detikHealth, Sabtu (15/7/2017).
Aksi ini dilakukan koalisi pejalan kaki untuk menjawab survei yang menyebut orang Indonesia paling malas jalan kaki. Dikatakan Alfred, salah satu alasan orang Indonesia malas jalan kaki adalah kurangnya akses trotoar yang baik karena digunakan untuk berdagang dan dilintasi motor.
Saat menjalankan aksi tersebut, ada beberapa pemotor yang tidak terima karena tidak boleh menggunakan trotoar untuk menghindari macet. Pemotor tersebut pun marah-marah dan mengeluarkan kata-kata kasar bernada ancaman.
Alfred mengatakan poster aksi ada yang direbut oleh pemotor dan dibuang. Bahkan dikatakannya ada rekan dari koalisi pejalan kaki yang kena pukul, meskipun hal tersebut tidak terekam dalam video yang beredar.
"Kita mengedukasi dengan senyum saja, tidak kita ladenin marah-marahnya. Karena Indonesia ini kan negara hukum. Pejalan kaki dilindungi oleh undang-undang lalu lintas untuk berjalan di trotoar. Miris sekali melihat pejalan kaki diancam di trotoar yang merupakan haknya," ungkap Alfred lagi.
Ia berharap agar pengendara kendaraan bermotor dapat membedakan mana yang merupakan hak kendaraan, mana yang merupakan hak pejalan kaki. Dengan adanya trotoar yang bebas dari kendaraan bermotor dan pedagang, kemauan masyarakat Indonesia untuk jalan kaki juga akan meningkat.
Pria yang gemar bersepada ini juga menyebut jalan kaki merupakan bentuk olahraga yang murah namun efektif. Dengan berjalan kaki, risiko kegemukan hingga berbagai penyakit lainnya bisa dicegah dan dihindari.
"Jangan lagi pejalan kaki menjadi tamu di trotoar yang menjadi haknya. Pengendara motor harus bisa membedakan mana trotoar yang berwarna merah untuk pejalan kaki, dan mana aspal untuk kendaraan," tutupnya