Rabu, 03 Mei 2017
Jika di Bangkok ada Restoran Serangga, kalau di Tokyo ada restoran yang menjual ramen dengan berbagai topping serangga.
Berdasarkan informasi yang dilansir dari Reuters (2/5/2017), Tsukemen dengan topping jangkrik, belalang dan ulat sutra goreng ini begitu laris manis di Jepang.
Pasalnya hanya membutuhkan waktu sekitar 4 jam saja Restoran Ramen Nagi telah menjual 100 mangkuk Tsukemen serangga dalam satu acara pada hari Minggu.
Sekitar selusin jangkrik kecil dan ulat sutra menghiasi Tsukemen serangga ini, lengkap dengan sup yang telah dibumbui dengan bumbu jangkrik, belalang, dan ulat sutra.
Pasti kamu penasaran kan dengan rasa Tsukemen Serangga ini?
Menurut salah satu pengunjung, Anri Nakatani, rasa serangga yang digoreng pada Tsukemen ini sungguh renyah dan enak, rasanya hampir mirip dengan udang goreng.
Lalu dari manakah ide Tsukemen serangga ini hadir? Pemilik ide kuliner unik ini adalah Yuta Shinohara yang berusia 22 tahun.
Yuta Shinohara memang sudah terkenal handal mengolah serangga menjadi makanan yang enak. Sebelumnya, ia pernah turut andil dalam sajian cokelat, kue dan cocktail yang bertema serangga untuk Valentine dua bulan lalu.
Sang creator, Yuta Shinohara memang sedari kecil suka mengonsumsi olahan serangga dan ia sangat ingin mempromosikan Tsukemen serangga menjadi alternatif budaya makanan yang dimiliki Jepang, melalui ramen makanan terkenal yang ada di Jepang.
Melalui ramen ini, Yuta ingin berbagi bagaimana menyenangkan dan nikmatnya makan serangga. Hmm.. kamu penasaran dengan harga satu mangkuk Tsukemen Serangga ini?
Untuk menikmati Tsukemen serangga ini memang tak murah, karena untuk paket lengkap, kamu perlu membayar 3000 yen atau sekitar Rp. 360.000.
Harga tersebut sudah termasuk semangkuk nasi, jangkrik, spring roll isi ulat sutra goreng, dan es krim yang terbuat dari bubuk serangga.
Untuk ramennya saja harganya 1500 yen atau sekitar Rp. 180.000.
Menurut salah satu traveler asal California, Steve Lee, Tsukemen serangga ini mungkin butuh waktu 10 tahun atau mungkin 5 tahun lagi untuk diterima dan terkenal di Amerika Serikat. Wah, jika di Indonesia kira-kira kapan ya kuliner unik ini masuk?
Berdasarkan informasi yang dilansir dari Reuters (2/5/2017), Tsukemen dengan topping jangkrik, belalang dan ulat sutra goreng ini begitu laris manis di Jepang.
Pasalnya hanya membutuhkan waktu sekitar 4 jam saja Restoran Ramen Nagi telah menjual 100 mangkuk Tsukemen serangga dalam satu acara pada hari Minggu.
Sekitar selusin jangkrik kecil dan ulat sutra menghiasi Tsukemen serangga ini, lengkap dengan sup yang telah dibumbui dengan bumbu jangkrik, belalang, dan ulat sutra.
Pasti kamu penasaran kan dengan rasa Tsukemen Serangga ini?
Menurut salah satu pengunjung, Anri Nakatani, rasa serangga yang digoreng pada Tsukemen ini sungguh renyah dan enak, rasanya hampir mirip dengan udang goreng.
Lalu dari manakah ide Tsukemen serangga ini hadir? Pemilik ide kuliner unik ini adalah Yuta Shinohara yang berusia 22 tahun.
Yuta Shinohara memang sudah terkenal handal mengolah serangga menjadi makanan yang enak. Sebelumnya, ia pernah turut andil dalam sajian cokelat, kue dan cocktail yang bertema serangga untuk Valentine dua bulan lalu.
Sang creator, Yuta Shinohara memang sedari kecil suka mengonsumsi olahan serangga dan ia sangat ingin mempromosikan Tsukemen serangga menjadi alternatif budaya makanan yang dimiliki Jepang, melalui ramen makanan terkenal yang ada di Jepang.
Melalui ramen ini, Yuta ingin berbagi bagaimana menyenangkan dan nikmatnya makan serangga. Hmm.. kamu penasaran dengan harga satu mangkuk Tsukemen Serangga ini?
Untuk menikmati Tsukemen serangga ini memang tak murah, karena untuk paket lengkap, kamu perlu membayar 3000 yen atau sekitar Rp. 360.000.
Harga tersebut sudah termasuk semangkuk nasi, jangkrik, spring roll isi ulat sutra goreng, dan es krim yang terbuat dari bubuk serangga.
Untuk ramennya saja harganya 1500 yen atau sekitar Rp. 180.000.
Menurut salah satu traveler asal California, Steve Lee, Tsukemen serangga ini mungkin butuh waktu 10 tahun atau mungkin 5 tahun lagi untuk diterima dan terkenal di Amerika Serikat. Wah, jika di Indonesia kira-kira kapan ya kuliner unik ini masuk?