Buat agan penggemar mainan pasti tau dong ada mainan yang sedang nge-tren belakangan. Apalagi kalau bukan fidget spinner. Di Indonesia fidget spinner mulai semakin dikenal sejak awal tahun ini, tapi sebenarnya mainan ini udah ada sejak lama dan udah ngetren duluan di Eropa dan Amerika sana loh Gan.
Fidget spinner berbentuk menyerupai gasing dengan tiga hingga empat bilah yang disebut bearing dengan satu bearing berada di tengah. Bagian tengah ini lah yang akan berfungsi sebagai poros keseimbangan.Cara memainkan fidget spinner juga mudah Gan. Cukup menjepit bearing bagian tengah dengan ibu jari sementara telunjuk memutar bagian bilah fidget spinner.
Fidget spinner emang bukan cuma sekedar mainan biasa kok Gan. Mainan ini awalnya diciptakan untuk terapi bagi penderita ADHD maupun penderita kecemasan berlebihan. Ibaratnya mainan ini bisa membantu para penderita ADHD maupun kecemasan berlebihan untuk lebih fokus dan mengalihkan rasa cemas tersebut. Selain itu mainan ini juga bisa digunakan untuk mengurangi kebiasaan buruk seseorang ketika sedang bosan atau cemas seperti kebiasaan menggigit kuku.
Meski memang ditujukan untuk terapi tapi banyak yang sepertinya ketagihan merasakan keseseruan saat fidget spinner berputar di tangan. Gak jarang bahkan para pemain menggunakan fidget spinner untuk saling unjuk trik masing-masing.
Tapi nih dibalik kepopuleran mainan ini, ada satu hal yang bikin miris Gan.
Sang pencipta fidget spinner gak bisa merasakan semua keuntungan dari idenya ini.
Penemu dari fidget spinner ini adalah Catherine Hettinger Gan. Ide awal pembuatan mainan ini muncul ketika Catherine ingin membuat mainan yang bisa membantu anak-anak ADHD atau penderita kecemasan berlebihan di tahun 1980an.
Catherine Hettinger memang memegang hak paten untuk fidget spinner selama 8 tahun, tapi di tahun 2005 dia harus kehilangan hak patennya karena tidak bisa membayar biaya pembaharuan hak paten sebesar 400 dollar. Ketika hak patennya kadaluarsa ini berarti perusahaan lain diizinkan untuk menyalin penemuannya.
Quote:I just didn’t have the money. It’s very simple,” katanya.
Akhirnya banyak perusahaan yang memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berlomba mengembangkan mainan ini baik dari segi tampilan maupun bentuk sehingga semakin menarik minat anak-anak millenial seperti sekarang.
Untungnya, meski idenya akhirnya dikembangkan oleh banyak perusahaan, Catherine merasa senang-senang aja jika ide mainan buatannya ini benar-benar bisa membantu para penderita autisme, ADHD, dan penderita yang memiliki kecemasan berlebihan lainnya.
Quote:
“Several people have asked me: ‘Aren’t you really mad?’ But for me I’m just pleased that something I designed is something that people understand and really works for them,” she said.
Karena hak paten sudah kadaluarsa, sekarang Catherine menggalang dana secara online melalui Kickstarter untuk memasukan desain classic dari fidget spinnernya ke dalam produksi dan menghasilkan uang dari ide karyanya nya tersebut.